Sosiologi Agama Menurut Para Ahli – _ Sosiologi agama merupakan salah satu cabang ilmu sosiologi yang mengkaji hubungan antara perilaku individu masyarakat dengan keyakinan dan keyakinan agamanya.
Sebab agama merupakan bagian dari tubuh eksternal manusia yang mampu memberikan pengaruh signifikan terhadap tindakan sosial pemeluknya.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh pentingnya mempelajari sosiologi agama agar dapat mengkaji sosiologi agama, makna sebenarnya dari sosiologi agama, tujuan penelitian dan tempatnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Sekarang! Kali ini kita sedang menyimak artikel Sosiologi Agama, bacalah artikel dibawah ini agar lebih memahami.
Secara umum sosiologi adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku sosial, interaksi sosial dalam masyarakat, baik secara individu maupun kelompok.
Sedangkan agama berarti keyakinan, keyakinan, doa, aturan moral, pemujaan kepada Tuhan, dewa atau hal-hal tertentu.
Agama secara langsung menaati, menundukkan, bahkan menaklukan pemeluknya yang beriman dan mempercayainya.
Oleh karena itu, sosiologi agama hanya dapat kita definisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara kehidupan manusia, individu dan kelompok, serta agama.
Sosiologi agama merupakan ilmu sosial yang mempelajari agama secara ilmiah untuk mengetahui bagaimana agama mempengaruhi perilaku sosial.
Dalam sosiologi, agama dianggap sebagai fenomena sosial, sehingga sosiologi agama mencoba menemukan prinsip-prinsip umum tentang hubungan antara agama dan peristiwa sosial dalam masyarakat.
Di sisi lain, sosiologi agama tidak hanya menggambarkan hubungan antara fenomena masyarakat beragama dengan kehidupan sosial secara umum, tetapi juga berupaya menyelidiki metode ilmiah.
Misalnya dalam konteks agama yang berbeda, sosiologi agama menjelaskan secara rinci bagaimana orang melakukan tindakan sosial berdasarkan sistem kepercayaan yang berbeda tersebut.
Untuk mewujudkan masyarakat majemuk dan toleran, pendidikan sosiologi agama merupakan aspek penting yang harus diajarkan setelah sekolah menengah.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian sosiologi agama adalah suatu cabang ilmu sosiologi yang mengkaji secara ilmiah tentang perilaku sosial individu dan kelompok serta status sosial agama.
Menurut sosiolog modern Max Weber, sosiologi agama merupakan cabang ilmu yang mengkaji bagaimana agama dapat menjadi katalis tindakan sosial seseorang.
Hal itulah yang melahirkan sosiologi agama Max Weber, Etika Protestan dan semangat kapitalisme.
Emile Durkheim, bapak sosiologi modern, merupakan orang yang sangat mempengaruhi perkembangan sosiologi agama melalui teori realisme sosial dan teori fungsionalisme.
Menurut Emile Durkheim, sosiologi agama adalah ilmu yang mengkaji realitas sosial agama dengan menggunakan metode dan teknik sosiologi.
H. Goddijn-W. Menurut Goddijn, sosiologi agama merupakan salah satu cabang dari sosiologi umum yang mempelajari ilmu kebudayaan secara negatif, positif, dan empiris, kemudian mendorongnya pada pengetahuan umum.
Menurut J. Vak, sosiologi agama adalah ilmu yang mengkaji tentang jenis-jenis hubungan antara individu atau masyarakat dengan agama, serta pandangan kolektif terhadap agama.
Menurut Dillon, sosiologi agama merupakan ilmu sosial yang berupaya memahami, menjelaskan, dan menjelaskan bagaimana sistem dan praktik keagamaan berfungsi dalam kehidupan sosial suatu masyarakat.
Menurut Dewey, sosiologi agama merupakan suatu disiplin ilmu yang bertujuan untuk membahas hubungan keagamaan dalam konteks sosial di mana agama berkembang.
Menurut sosiologi W.E.B. Du Bois merupakan subyek dari berbagai lembaga yang diorganisir secara terpusat dan bertujuan untuk mencapai kepentingan publik.
Max Weber melalui bukunya “The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism” adalah orang pertama yang membahas hubungan antara agama dan kecenderungan sosial umat beragama.
Buku tersebut menjelaskan bagaimana agama menjadi katalis pembangunan dan semangat kapitalisme lahir di gurun pasir negara-negara Eropa.
Melalui Calvinisme, Etika Protestan memberikan pengetahuan kepada pengikutnya tentang bagaimana manusia dapat hidup melalui semangat dan etos kerja yang tinggi.
Menurut kepercayaan Calvinis tentang keselamatan, orang-orang yang mengumpulkan dan memperoleh kekayaan di dunia ini akan termasuk orang-orang yang diselamatkan di akhirat.
Anehnya, para pengikut Calvin, meski memiliki kekayaan besar, hidup sederhana. Hal ini tidak lepas dari tradisi yang menyatakan bahwa harta dan pekerjaan adalah ibadah.
Oleh karena itu, penelitian Weber menunjukkan adanya peran nilai-nilai spiritual keagamaan dalam pertumbuhan dan perkembangan kapitalisme yang terjadi pada abad ke-19.
Buku Max Weber kemudian menjadi landasan sosiologi pendidikan agama. Sosiologi umum menggambarkan fenomena sosial dalam masyarakat untuk mencari aturan dan hukum umum.
Oleh karena itu, sosiologi agama bertugas menjelaskan secara ilmiah hubungan antara peristiwa sosial dan keyakinan agama dalam kerangka masyarakat beragama.
Emile Durkheim (1858-1917) memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap perkembangan sosiologi agama melalui teori realisme sosial dan aktivisme.
Dipengaruhi oleh gagasan positivis August Comte, ia membawa sosiologi ke dalam ilmu sosial dan metode ilmiah.
Durkheim adalah orang pertama yang mempelajari agama dengan menggunakan metode sosiologi. Di sisi lain, tokoh ini juga memberikan landasan pertama bagi metode ilmiah sosiologi secara umum dan disebut sebagai bapak sosiologi modern.
Dalam teori fungsionalis, Emile Durkheim memaparkan fungsi sosial agama. Bagi Durkheim, fungsi sosial agama adalah menciptakan kohesi sosial, memberi makna pada kehidupan, kontrol sosial, perubahan sosial, dan dukungan psikologis.
Oleh karena itu, sosiologi agama menguraikan tentang faktor-faktor dasar dan nilai-nilai agama yang mempengaruhi gerakan sosial dan aktivitas sosial dalam masyarakat.
Tujuan penelitian sosiologi yang pertama adalah menciptakan, memelihara, dan memperbaharui kelompok agama dan lembaga keagamaan, yang hubungan sosialnya sulit untuk dijalani bersama.
Tujuan kajian sosiologi agama selanjutnya adalah mengenai perilaku individu dalam kelompok. Perilaku individu dalam suatu kelompok berarti suatu proses sosial yang mempengaruhi kesadaran kelompok tersebut dan praktik ritual atau ritual dalam urusan keagamaan.
Kajian sosiologi agama dalam kasus umat beragama sebenarnya bukanlah sebuah kode atau sistem etik, melainkan kajian tentang agama sebagai fenomena sosial.
Agama sebagai sebuah fenomena sosial menjadi sebuah realitas sosial yang dialami oleh banyak orang, khususnya para pengikut dan penganutnya.
Oleh karena itu, konflik internasional berarti konflik antara pemeluk agama seperti Islam dan Kristen atau Protestan dan Kristen.
Sebagaimana dikemukakan di atas, fokus penelitian sosial adalah komunitas keagamaan sebagai fenomena sosial. Sebagai fenomena sosial, agama dapat memotivasi pemeluknya untuk menaati segala macam aturan dan hukum yang diajarkan.
Tidak jarang struktur keagamaan berfungsi sebagai kontrol sosial terhadap perilaku masyarakat, dan sosiologi agama hadir untuk mempelajari sistem sosial tersebut.
Dalam komunitas keagamaan, biasanya muncul gerakan sosial dan organisasi keagamaan yang berbeda, dengan perspektif atau interpretasi keyakinan atau ajaran yang berbeda.
Dibutuhkan berbagai aspek struktur dan infrastruktur pengamalan keagamaan sebagai perilaku keagamaan dalam kaitannya dengan lingkungan.
Komunitas keagamaan mempunyai berbagai sikap dan praktik keagamaan yang berkaitan dengan dunia supranatural yang hanya dapat dijelaskan secara teoritis.
Dalam sosiologi agama tradisional, kedudukan sosiologi masih termasuk dalam kajian sejarah dan filsafat, karena agama, masyarakat, dan kebudayaan masih merupakan bagian dari produksi sosial manusia.
Dalam sosiologi agama, dari sudut pandang positif, kedudukan sosiologi agama merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari komunitas keagamaan atau kecenderungan sosial dengan menggunakan metode dan bukti ilmiah.
Dari perspektif fungsionalis, sosiologi agama menolak konsep dasar kesetaraan sosial. Setiap elemen, termasuk kelompok, berkontribusi melalui peran yang telah ditetapkan sebelumnya oleh masyarakat.
Sosiologi agama memberikan pengetahuan tentang pola interaksi sosial keagamaan dalam masyarakat dan bagaimana hal tersebut menciptakan struktur dan infrastruktur dalam keagamaan.
Masyarakat beragama tentu saja sangat kesulitan dalam membangun hubungan dan interaksi sosial dengan orang yang berbeda keyakinan.
Dalam sosiologi agama, ditemukan kesamaan model atau konsep ilmiah tentang bagaimana umat beragama membentuk suatu sistem sosial yang mendukung sikap saling menghormati dan toleransi.
Dengan mempelajari sosiologi agama, seseorang akan mempunyai kesempatan untuk secara pribadi mengendalikan gerakan-gerakan sosial dalam agama dan sekaligus mengendalikan diri sendiri.
Umat beragama hendaknya mempunyai sikap dan sikap toleransi terhadap pemeluk dan pemeluk agama lain guna menjaga tatanan sosial keagamaan yang baik.
Membangun masyarakat yang lebih mau menerima perbedaan antar agama merupakan salah satu tujuan sosiologi agama. Dengan ilmu ini, masyarakat saling menghargai dan menghormati perbedaan keyakinan.
Agama yang berbeda memiliki nilai, adat istiadat, tradisi dan kepercayaan yang berbeda. Logikanya juga mempengaruhi tindakan sosial masyarakat.
Dengan mengetahui kaidah-kaidah interaksi sosial dan keagamaan yang ada dalam masyarakat serta memahami nilai-nilai, prinsip, tradisi dan kepercayaan yang diterima masyarakat.
Hal ini secara tidak langsung mengurangi timbulnya konflik antar umat beragama, karena masyarakat sudah mempunyai pengetahuan yang cukup satu sama lain.
Tidak dapat disangkal bahwa orang-orang yang terdidik dalam sosiologi agama mempunyai sikap kritis dan logis terhadap berbagai peristiwa sosial masyarakat.
Maka lahirlah seseorang yang tidak memihak pada keyakinan apa pun, sehingga tidak membabi buta menuduh keyakinan orang lain.
Meningkatkan kesadaran terhadap acara keagamaan di kelompok masyarakat dan memahami secara utuh bagaimana umat beragama menjalankan aktivitas dan kerja sosialnya.
Sebab menyelesaikan permasalahan agama tidak semudah menyelesaikan permasalahan sosial non-religius. Oleh karena itu, para pemuka agama juga memerlukan pengetahuan lanjutan tentang sosiologi agama.
Demikian penjelasan mengenai sosiologi agama, anda dapat melihatnya di forum sosiologi lainnya dan terima kasih telah mengunjungi websitenya. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat, silakan bagikan artikel ini. Terima kasih
Jadilah bagian dari perubahan dengan bergabung dalam debat dan diskusi di Kirim rekaman, podcast, dan video Anda ke [dilindungi email].
Sosiologi pendidikan menurut para ahli, pengertian sosiologi kesehatan menurut para ahli, sosiologi keluarga menurut para ahli, pengertian sosiologi menurut para ahli, sosiologi menurut para ahli, definisi sosiologi hukum menurut para ahli, agama menurut para ahli, teori sosiologi menurut para ahli, definisi ilmu sosiologi menurut para ahli, pengertian ilmu sosiologi menurut para ahli, arti sosiologi menurut para ahli, pengertian agama menurut para ahli