Peran Orang Tua Dalam Pendidikan – Syaikhu Usman, Lembaga Penelitian SMERU, Gumilang Aryo Sahadevo, Universitas Gadja Mada, Hapsari Kusumaningdia, Laboratorium Pengentasan Kemiskinan Abdul Latif Jameel Asia Tenggara (J-PAL SEA)
Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak bekerja, berkonsultasi, menjadi anggota, atau menerima dukungan dari perusahaan atau organisasi mana pun yang mungkin mendapat manfaat dari artikel ini, dan bahwa kurikulum mereka tidak terpengaruh oleh artikel ini.
COVID-19 dan pembelajaran jarak jauh “memaksa” orang tua menanggung beban berat mendampingi anak bersekolah di rumah, meski banyak tantangan.
Misalnya, penelitian yang dilakukan bersama Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab Southeast Asia (J-PAL SEA) milik pemerintah Jakarta menemukan bahwa orang tua mengalami kesulitan dalam mendorong anak-anak mereka untuk giat belajar—terutama di sekolah dasar (SD) dibandingkan siswa di kelas 1. -3 dari kelas dalam. Tantangan ini lebih banyak terjadi pada keluarga berpenghasilan rendah karena kurangnya bahan, peralatan dan koneksi internet.
Kabar baiknya, penelitian yang dilakukan SMERU, sebuah lembaga penelitian di Bukittinggi, Sumatera Barat, menunjukkan bahwa orang tua berhasil mengatasi banyak tantangan tersebut.
Kebanyakan orang tua memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dalam membesarkan anak, apapun status sosial ekonominya. Bahkan, prestasi siswa di Bukittinggi pada masa epidemi lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa jika orang tua berkomitmen untuk mendidik anak mereka di rumah, dampaknya terhadap keberhasilan pendidikan mereka bisa sangat besar.
Namun untuk menciptakan komunikasi yang tinggi dengan orang tua di seluruh Indonesia, bahkan setelah pandemi, harus ada kompetisi dan ide dari seluruh tenaga kependidikan.
Saat ini, program Riset Peningkatan Pendidikan di Indonesia (RISE-SMERU) sedang mempelajari hasil pendidikan 1.500 siswa sekolah dasar kelas 2-5 di Bukittinggi.
Kebanyakan siswa minim interaksi dengan guru sepulang sekolah, namun selama di rumah mereka tetap belajar dengan orang tuanya 6 hari dalam seminggu. Budaya ini sudah berjalan baik sebelum epidemi, dan sekarang bahkan lebih buruk lagi.
Penelitian kami menunjukkan bahwa hasil tes matematika dan membaca yang dikembangkan RISE-SMERU pada tahun 2020 lebih tinggi ketika siswa belajar di rumah dibandingkan ketika belajar tatap muka selama tahun 2019.
Siswa mengikuti ujian di Bukittinggi. Garis kuning melambangkan tahun 2020 dan garis biru melambangkan tahun 2019. (Lembaga Penelitian SMERU), Disampaikan oleh penulis
Anehnya, meskipun siswa yang orang tuanya berpendidikan lebih rendah memiliki nilai ujian yang lebih rendah dibandingkan siswa yang orang tuanya berpendidikan lebih tinggi, siswa dari semua kelompok ekonomi di masyarakat mengalami kemajuan dalam studi mereka selama epidemi.
Faktanya, peningkatan paling signifikan terlihat pada siswa berpenghasilan rendah yang orang tuanya memiliki tingkat pendidikan lebih rendah, serta siswa dalam kategori berpenghasilan lebih tinggi.
Namun untuk saat ini, terdapat bukti bahwa selama orang tua memiliki semangat dan dukungan untuk melakukan homeschooling pada anak-anak mereka, hasilnya akan luar biasa.
Untuk mengatasi hal tersebut, RISE-SMERU meluncurkan kampanye untuk mendorong keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Proyek ini dilaksanakan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
Mulai Februari 2020, kami akan mengirimkan surat dan poster kepada orang tua dari 65 siswa sekolah dasar setiap bulannya, mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam pendidikan anaknya.
Isi dokumen yang kami kirimkan memuat banyak praktik baik yang dapat diikuti oleh orang tua, termasuk banyak pembelajaran penting dari studi SMERU di Bukittinggi.
Diantaranya tips homeschooling, menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa, cara memotivasi siswa, belajar bersama anak, berkomunikasi dengan dosen, dan masih banyak lagi.
Namun jika kita bisa mengubah semangat dan budaya pelatihan di Bukittinggi, metode ini bisa menjadi contoh yang baik bagi para pengambil kebijakan pendidikan di seluruh dunia. Indonesia.
Hilangnya pendidikan bertepatan dengan gerakan Merdeka Belajah yang dicanangkan Menteri Nadiem yang mengingatkan masyarakat bahwa kecepatan belajar siswa berbeda-beda.
Guru sekolah bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kesenjangan kinerja mereka melalui evaluasi harian dan kemudian memberikan materi pembelajaran yang sesuai kepada siswa. Misalnya, studi kami tentang J-PAL mengamati metode yang disebut Pengajaran di Tingkat yang Sesuai (TARL), yang telah diuji selama dua dekade di India.
Namun proses di atas tidak bisa terjadi di sekolah, sehingga guru harus berkomunikasi secara rutin dengan orang tua.
Di sini, orang tua berperan dalam melanjutkan pendidikan anak di bawah bimbingan guru – terutama pada masa transisi menuju pendidikan campuran antara sekolah dan rumah.
Di sini, pemangku kepentingan harus mengidentifikasi dukungan yang diperlukan untuk membantu orang tua dalam mengawasi pendidikan siswa. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh J-PAL menunjukkan bahwa alat sederhana seperti mengirim pesan teks ke telepon efektif dalam mendukung pendidikan guru dan orang tua.
Pada akhir tahun 1980-an, sekolah tempat anak-anak kami bersekolah di Amerika mengundang para orang tua untuk berpartisipasi dalam pertukaran ini.
Senang rasanya melihat kecintaan siswa terhadap gurunya. Setiap anak yang datang ke sekolah harus terlebih dahulu mencari gurunya untuk mengucapkan selamat pagi dan menunjukkan kehadirannya. Guru menyambut mereka dengan penuh persahabatan.
Sementara di Indonesia, siswa lebih memilih menghindari pertemuan dengan guru – bahkan mungkin sampai saat ini.
Namun yang lebih penting, kunjungan semacam ini memungkinkan orang tua untuk mempelajari dan memahami kelebihan anak mereka di kelas. Orang tua menerima informasi tentang apa yang diajarkan, serta pelajaran dan rencana kelas. Sebagai imbalannya, para guru menerima nasihat yang berharga.
Misalnya, Kementerian Pendidikan di tingkat kabupaten/kota atau sekolah mungkin akan mencoba melakukan kunjungan tersebut. Rata-rata satu kelas sekolah mempunyai 30 siswa. Jika kelas memiliki waktu 30 minggu setiap tahun untuk mengundang orang tua, dan setiap minggu dibagi menjadi tiga hari, setiap orang tua memiliki tiga kesempatan dalam setahun untuk mengevaluasi cara guru mengajar anaknya.
Selain meningkatkan konsep pendidikan yang bermanfaat bagi perkembangan seluruh anak, kegiatan ini membuka pemahaman akan pentingnya peran orang tua dalam proses pembelajaran siswa di rumah. 2023 16:45 Diperbarui: 25 Oktober 2023 16:48 201 2 1
Semua manusia diciptakan untuk kawin dan membentuk keluarga sakina. Salah satu tujuan keluarga Sakina adalah meneruskan silsilah melalui anak-anak yang dilahirkan. Anak merupakan cahaya kehidupan yang membawa kebahagiaan dan tanggung jawab dalam perjalanan manusia sebagai anugerah Tuhan kepada setiap pasangan suami istri.
Nah, ajaran Islam menunjukkan pentingnya memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan air, tugas ini jika dilakukan dengan baik akan membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang berguna bagi agama dan negara.
Di era globalisasi peran orang tua dalam keluarga berumah tangga sangatlah penting bagi generasi penerus bangsa kita, seperti kita ketahui bersama, dalam situasi saat ini lebih memprihatinkan dan di luar nilai-nilai Islam.
Sebagai orang tua atau calon orang tua, tanggung jawab kita ke depan terhadap anak-anak kita dalam mengajarkan Islam kepada mereka sangatlah penting dan mencakup banyak hal:
1. Berikan nama yang terbaik dan jelas: Nama merupakan hadiah penting pertama yang harus diberikan orang tua kepada anaknya. Setelah kelahiran anak, nama dengan arti terbaik tentunya menjadi penting karena menjadi doa dan harapan bagi calon anak.
2. Pendidikan: Orang tua bertanggung jawab mendidik anaknya tentang ajaran Islam, termasuk aqidah, shalat, dan adat istiadat Islam.
3. Pendidikan : Hendaknya orang tua membesarkan anaknya menjadi orang yang berakhlak baik, jujur, jujur dan adil sesuai dengan budayanya.
5. Pendidikan: Selain pendidikan agama, orang tua juga bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan sekuler kepada anak-anak mereka, serta membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan modern.
6. Perlindungan dan Keamanan: Orang tua harus melindungi anak-anak mereka dari bahaya dan keamanan fisik, emosional dan sosial.
7. Monitoring : Pantau dan awasi aktivitas anak terutama teman, media dan lingkungannya.
8. Pengembangan Kemampuan: Mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilannya serta mendukung perkembangan fisik, mental, dan emosionalnya.
9. Perawatan gigi: Memberikan motivasi, kasih sayang dan perhatian pada anak, menciptakan hubungan dan hubungan yang baik.
10. Pernikahan dan pemilihan pasangan: Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memilih pasangan hidup yang baik bagi anak-anaknya dan membantu mereka untuk menikah sesuai dengan ajaran Islam.
11. Pendidikan Akhlak : Mengajari anak budi pekerti dan budi pekerti yang baik, serta berperilaku baik terhadap teman sebayanya.
Oleh karena itu, tidak boleh dilupakan bahwa anak merupakan anugerah dan amanah penting yang Allah titipkan kepada seluruh orang tua dalam pendidikan Islam. Tanggung jawab untuk mendidik, melindungi dan mengasihi anak-anak adalah salah satu tugas paling sakral dalam hidup. Menyadari nilai tersebut, kami berupaya menjadi tempat pertama di mana anak-anak tinggal, sesuai petunjuk dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, untuk melahirkan generasi yang religius, spiritual, dan berguna bagi umat manusia. Sebab dalam keluarga, anak menginginkan kedamaian dan kesejahteraan untuk melanjutkan kehidupannya. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan dan pendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu, hendaknya orang tua mempunyai hikmah dan kepedulian dalam cara mendidik anaknya agar kelak tumbuh menjadi anak yang bertakwa dan bertakwa.
Orang tua ingin anaknya berprestasi dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan agama. Sebab tradisi keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan masa depan, akan menjadi tumpuan anak di masa depan. Jika keimanan seseorang kuat, maka akhlak dan perilakunya akan berkaitan dengan budi pekerti.
Ibu memegang peranan penting dalam membentuk karakter anak. Sebab seorang ibu melahirkan, menyusui dan dekat secara psikologis dengan anaknya. Jika kita ingin memiliki anak yang cerdas dan cerdas, maka ibu juga harus mempunyai pandangan yang luas, sehingga ibu dapat mengontrol segala sesuatu yang terjadi pada anak. Terutama tentang sekolahnya. Sebagai orang tua yang bijaksana, Anda tentu tidak menyalahkan guru sekolah atas permasalahan akademik anak Anda, karena gurulah yang bertanggung jawab penuh terhadap anak tersebut.
Peran orang tua dalam keluarga, definisi peran orang tua, peran ekonomi dalam pendidikan, peran orang tua pdf, pengertian peran orang tua, peranan orang tua dalam pendidikan, makalah peran orang tua, skripsi peran orang tua, peran keluarga dalam pendidikan, teori peran orang tua, peran orang tua dan guru dalam pendidikan karakter, peran orang tua