Pengertian Kebudayaan Menurut Selo Soemardjan Adalah

Pengertian Kebudayaan Menurut Selo Soemardjan Adalah – Artikel ini telah mempunyai daftar referensi, bacaan terkait, atau link luar, namun sumbernya tidak jelas karena tidak menyertakan kutipan dalam kalimat. Harap tingkatkan kualitas artikel ini dengan menyertakan petunjuk yang lebih detail jika diperlukan. (Pelajari bagaimana dan kapan menghapus pesan templat ini)

Prof. Dr. Kanjeng Pangeran Haryo Selo Soemardjan (23 Mei 1915 – 11 Juni 2003) adalah seorang pendidik dan pejabat pemerintah Indonesia. Ia dibesarkan di kalangan bangsawan Hadiningrath oleh Sultan Yogyakarta. Kakeknya, Kanjeng Redan Tumengung Padmongoro, adalah seorang pejabat tinggi di Kesultanan Yogyakarta. Berkat kiprah kakeknya, Sommerjan – nama aslinya – mengenyam pendidikan Belanda.

Pengertian Kebudayaan Menurut Selo Soemardjan Adalah

Pengertian Kebudayaan Menurut Selo Soemardjan Adalah

Setelah menjadi Kepala Subbagian Kabupaten Coulonprogo, ia mengambil nama Selo. Ini merupakan cara khusus Sultan Yogyakarta dalam membedakan nama pejabat menurut daerahnya. Ia merasa karirnya sebagai sosiolog dimulai saat menjabat sebagai Bupati. “Saya gubernur daerah yang pernah merasakan penjajahan Belanda, masuknya Jepang, masa revolusi. Banyak permasalahannya,” ujarnya dalam artikel Kompas.

Sering Disebut Dengan Belanja Online.kebiasaan Ini Akan Menjadi Budaya Di Masyarakat. Tugas:​

Pengalamannya sebagai gubernur menjadikan Selo sebagai peneliti yang mampu menemukan alternatif solusi efektif terhadap berbagai permasalahan sosial. Hal ini yang membedakan Cello dengan peneliti lainnya.

Penerima Penghargaan Bintang Mahaputera Utama dari pemerintah, beliau adalah pendiri dan dekan pertama Fakultas Ilmu Sosial (sekarang FISIP-UI) dan dosen sosiologi yang berdedikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas tersebut. Indonesia (UI).

Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi contoh. Beliau adalah seorang sosiolog yang mewariskan banyak ilmu pengetahuan. Bahkan, ia pensiun dari Universitas Indonesia (UI). Namun kebutuhan itu masih ada, sehingga ia terus mengajar dengan penuh semangat. Ia mempunyai sifat yang sangat lugas, komitmen sosial yang tinggi, dan sulit untuk didiamkan.

Dia tidak suka memerintah, tapi dia memimpin dengan memberi contoh. Hidupnya lurus, murni dan sederhana. Seperti yang diungkapkan pengusaha sukses Sodarpo Sastrosatomo, dia adalah sosok yang memberi contoh. Menurut Soedarpo, integritas inilah yang membuat mendiang Sultan Hamenku Buwono IX mendidik putranya, Sultan Hamenku Buwono. Beliau adalah sosok yang tidak pernah berhenti berpikir dan bertindak.

Sosial Dan Budaya Masyarakat Islam

Ia merupakan salah satu dari sedikit orang yang benar-benar layak menyerukan diakhirinya praktik Korupsi, Konspirasi dan Nepotisme (KKN). Hal ini pantas karena dia bukanlah pencuri yang suka memanggil pencuri. Beliau adalah orang yang suci dan berpengetahuan luas dan dapat membuktikan dengan keteladanannya bahwa praktik KKN merugikan tatanan masyarakat. Ia layak menjadi teladan bagi petugas karena kinerjanya yang unggul dalam pelayanan publik.

Selo semasa hidupnya menjabat sebagai pegawai negeri sipil di Kesultanan Yogyakarta/Pemerintahan Daerah Istimewa, Kepala Staf Sipil Gubernur Militer Jabodetabek, Kepala Staf Sekretariat Pertahanan di Kantor Perdana Menteri, dan Sekretariat Negara. III dan merangkap Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, Sultan Hamenku pada Wakil Presiden Republik Indonesia pada masa Buonho IX (1973-1978), Wakil Wakil Presiden Bidang Kesejahteraan Masyarakat (1978-1983) dan Presiden Senior H.M. staf Soeharto.

Dikenal sebagai bapak sosiologi Indonesia sejak tahun 1959, setelah meraih gelar doktor dari Cornell University Amerika Serikat, ia mengajar sosiologi di Universitas Indonesia (UI). Beliau merupakan pendiri dan dekan pertama (10 tahun) Fakultas Ilmu Sosial (sekarang FISIP) UI. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1994 ia menerima bintang Mahaputra Uttama dari pemerintah dan pada tanggal 30 Agustus ia dipromosikan menjadi Kepala Ilmuwan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Pengertian Kebudayaan Menurut Selo Soemardjan Adalah

Pendiri FISIP UI ini menyandang jabatan guru besar di Departemen Ekonomi UI dan sebenarnya pernah mengajar di Departemen Hukum UI sepanjang hidupnya.

Hubungan Kebudayaan Dengan Hukun

Almarhum Baharuddin Lopa menulis dalam salah satu artikelnya di Kompas (1993): “Pak Selom mengumpulkan ilmu langsung dari kehidupan nyata. Setelah diolah, ia mengembalikannya kepada masyarakat demi kebaikan bersama. Lopa memuji Cello sebagai guru yang mendorong siswanya untuk berpikir realistis dan memahami serta menghargai apa yang diajarkannya. “Pendekatan yang realistis dan top-down untuk mengetahui situasi sosial yang sebenarnya juga mencerminkan para nabi dan khalifah,” tulis Lopa.

Meski paling dikenal sebagai guru hebat, Cello jauh dari kata ingin “mengganti alis”. Di kalangan keluarga dan universitas, beliau memang dikenal sebagai sosok yang suka bercanda dan kaya akan imajinasi, terutama dalam membimbing mahasiswanya dengan kata-kata ilmiah yang diajarkannya. “Kalau ilmu ekonomi dijelaskan selalu mudah dipahami karena disertai contoh dari kehidupan nyata masyarakat,” kenang Bahruddin Lopa.

Dalam tulisan-tulisan Lopa, Cello digambarkan sebagai sosok yang ceria namun mudah dipahami karena menggunakan bahasa populer. Meski kata-katanya mengandung kritik, namun diiringi dengan humor, sehingga orang tidak merasa lelah saat mendengarkannya.

Menurut Hastrijo, putra sulungnya suka bermain cello. “Setiap hari dia senam dan bermain-main dengan tubuhnya. Menyenangkan dan cucu-cucu mengira ayah sedang bermain-main dengan tubuhnya,” imbuhnya.

Kebudayaan Dalam Perspektif Teori Sosial.

Sebagai seorang sarjana, karya-karya Sello yang pernah diterbitkan antara lain Perubahan Sosial di Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 Sukabam (1963). Topik kajian terbaru Zello adalah desentralisasi pemerintahan. Terakhir, ia menerima Penghargaan Hamengku Buwono (HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) berupa plakat, lencana, dan uang tunai pada tanggal 19 Januari 2002 pada puncak Dies UGM ke-52.

Selo Soemarjan mengidentifikasi tiga kapasitas manusia yang mengarah pada penciptaan kebudayaan. Ketiganya adalah kreatifitas, rasa dan karsa. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pikirannya. Bentuk praktiknya berupa pengetahuan yang berkaitan dengan bahasa, hukum, politik, teknologi, dan ekonomi. Rasa adalah kemampuan jiwa manusia untuk menilai sesuatu antara dua hal yang berlawanan. Misalnya menilai baik dan buruk, indah dan jelek, halus dan kasar. Sedangkan niat adalah kehendak bebas seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa semua orang di berbagai negara berbicara dalam bahasa yang berbeda? Mengapa tidak ada satu bahasa pun di dunia yang dapat berkomunikasi dengan mudah dengan orang asing? Guys, bahasa ini memang merupakan hal yang bersifat budaya lho. Dan Anda dapat menemukan budaya ini di berbagai belahan dunia. Ah, tapi apa itu budaya, kan? Dan mengapa itu ada dimana-mana? Yuk, dengarkan penjelasan saya!

Oleh karena itu, menurut Selo Soemarjani, kebudayaan merupakan hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Jadi apapun yang dihasilkan manusia bisa disebut budaya lho. Nah, agar lebih paham coba lihat gambar di bawah ini ya.

Pengertian Kebudayaan Menurut Selo Soemardjan Adalah

Berdasarkan gambar di atas, nampaknya banyak sekali kebudayaan yang bisa eksis, tidak hanya rumah dan pakaian adat saja. Namun pernahkah Anda berpikir bahwa semua orang di berbagai belahan dunia memiliki budayanya masing-masing? Inilah yang disebut dengan kebudayaan universal.

Mengenal Arti Perubahan Sosial Budaya Dan Bentuknya

Tapi apakah budaya universal itu? Guys, kebudayaan dimiliki oleh semua peradaban yang ada di muka bumi, makanya disebut universal. Nah, sebelum kita membahas lebih jauh, ada baiknya Anda mengetahui apa saja unsur-unsur kebudayaan universal. Simak di bawah ini ya.

Mari kita bahas bahasa dari gambar di atas. Bahasa dikatakan sebagai bagian dari kebudayaan universal karena semua kebudayaan dari berbagai daerah pasti mempunyai bahasa. Walaupun bahasa tiap daerah atau negara berbeda-beda. Hal yang sama berlaku untuk elemen lain seperti teknologi. Setiap kebudayaan pasti mempunyai teknologi, dan setiap teknologi pasti mempunyai ciri dan fungsinya masing-masing.

Nah, dari ilustrasi di atas, Anda sudah tahu apa saja unsur-unsur kebudayaan universal dan mengapa disebut universal. Sekarang mari kita beralih ke pembahasan berikutnya, pertama tentang bagaimana kebudayaan muncul.

Menurut Anda, bisakah kita sebagai individu menghasilkan budaya kita sendiri? Ataukah kebudayaan itu ada secara otomatis di setiap daerah? Jawabannya adalah ya, teman-teman! Kita sebagai individu bisa menciptakan budaya, sehingga ada yang namanya budaya individu.

Mengenal Perubahan Sosial Budaya Lengkap Dengan Contohnya

Dengan demikian, kebudayaan individu merupakan hasil kreativitas atau mentalitas manusia. Misalnya, Anda membuat alat musik baru sebagai individu, atau menulis lagu, atau memiliki ide yang dapat membantu Anda dalam pembelajaran sehari-hari. Nah, itu tandanya, kamu sudah menciptakan sesuatu, nggak, berarti itu budaya kamu sendiri lho!

Kini pertanyaannya: Awal mula apa yang membuat kita sebagai manusia bisa mengembangkan suatu kebudayaan? Jawabannya karena kita punya dorongan atau motivasi ya guys! Nah berikut 4 insentif yang bisa menjadi titik awal membangun budaya. Dorongan ini bersifat naluriah, emosional, intelektual, dan religius.

Artinya Anda sudah mengetahui apa saja unsur-unsur kebudayaan universal dan apa saja pemicu yang mempengaruhi munculnya suatu kebudayaan. Namun sepertinya masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab, bukan? Hmm…

Pengertian Kebudayaan Menurut Selo Soemardjan Adalah

Nah, itulah masalahnya. Kita tahu, dengan insentif yang sama, budaya yang sedang berkembang bisa berubah. Mengapa dan bagaimana Anda bisa melakukannya? xxixi. Jadi jawabannya: Karena budaya dipengaruhi oleh banyak faktor, bukan hanya motivasinya saja. Kebudayaan juga dipengaruhi oleh letak geografis atau tempat dimana masyarakat tinggal, lingkungannya, kepercayaannya, cara berhubungannya, gaya hidup dan tingkat pendidikannya.

Pancasila Dan Perannya Dalam Menghadapi Arus Globalisasi

Itu sebabnya di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, kita mempunyai lebih banyak bahasa daerah dibandingkan negara-negara di benua Amerika yang tidak dipisahkan oleh lautan luas. Oleh karena itu, faktor geografis Indonesia mempengaruhi berbagai bahasa yang dikandungnya. Itu saja teman-teman.

Ok guys, cukup pembahasan kali ini. Saya ingin menghargai Anda yang membaca artikel ini sampai akhir, jadi saya khawatir. Jika Anda masih kurang puas dengan pembahasan saya kali ini, jangan khawatir, berlangganan Ruangbelajar! Nah, selain membaca artikel seperti ini, masih banyak topik penelitian sosial dan topik lainnya yang lebih menarik untuk dibahas lho. Jadi jangan ragu untuk mendaftar sekarang kawan. Sampai jumpa di postingan selanjutnya, bye!

Jelaskan pengertian perubahan sosial menurut selo soemardjan, biografi selo soemardjan, pengertian perubahan sosial menurut selo soemardjan, sosiologi menurut selo soemardjan, perubahan sosial menurut selo soemardjan, foto selo soemardjan, selo soemardjan, pengertian sosiologi menurut selo soemardjan, selo soemardjan buku, perubahan sosial menurut selo soemardjan adalah, perubahan sosial selo soemardjan, teori sosiologi menurut selo soemardjan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like